Seperti yang kita tahu bahwa akhir akhir ini kita sering dihebohkan dengan kejadian kejadian brutal yang mengatasnamakan agama sebagai simbol kesetiaan mereka kepada Tuhan yang mereka percaya dan yakini
Berbicara tentang Radikalisme Agama kita terlebih dahulu harus melihat dari aspek etimologi atau asal katanya dimana Radikal berarti ingin mengetahui sampai ke akar akarnya, dan Agama adalah berasal dari bahasa yunani yakni A = tidak dan Gama = Kacau jadi secara sederhana Agama adalah sebuah ajaran untuk menentramkan kehidupan masyarakat (tidak kacau) atau sebuah ajaran yang membimbing kita untuk berhubungan dengan Tuhan sang pencipta bumi dan segala isinya termasuk manusia itu sendiri.
Nah, bagi mereka yang menyatakan diri sebagai penganut agama yang radikal seharusnya lebih bisa memaknai Agama sebagai jembatan penghubung antara jiwa dan Tuhannya dan memaknai segala ajaran ajaran yang diklaim sebagai ajaran Tuhan yang diturunkan melalui nabi nabi dan di abadikan melalui kitab suci yang menjadi pedoman manusia dalam beragama atau hidup bersosial..
Tapi yang kemudian terjadi adalah para penganut agama yang katanya radikal kini sudah mulai memisahkan Tuhan dengan agama yang mereka yakini. mengapa demikian.? Bukankah radikal adalah sebuah cara untuk mengetahui sesuatu sampai kepada akar akarnya.?? Dan bukankah agama adalah ajaran tentang berTuhan.??? Ataukah semua itu hanya membuktikan kebenaran tesis Karl Marx bahwa Agama adalah Candu dan alat legitimasi status quo para penguasa.???
Bukankah agama adalah representasi dari Tuhan yang selalu mengajarkan tentang kebaikan, tenggang rasa, dan toleransi.? Apakah Tuhan pernah mengajarkan tentang kebencian, membunuh, dan mendiskriminasi manusia yang tidak/belum percaya terhadapnya? Apakah kasih, pengampunan, toleransi, dan tenggang rasa hanya tinggal untaian kata yang tanpa makna.?
Ataukah isu agama yang selama ini menggemparkan bumi pertiwi hanyalah sebagai salah satu alat yang digunakan oleh para elit politik untuk menghancurkan tatanan sosial budaya yang diwariskan para pendahulu demi melancarkan maksud politisnya.??? Silakan saja tanyakan itu pada rumput yang bergoyang. He He....
Indonesia adalah suatu kesatuan bangsa yang terbentang dari sabang sampai merauke yang terdiri dari 17.504 pulau, 1.340 suku bangsa dan 546 bahasa dan dikenal sebagai paru paru dunia dimana hutan Indonesia menyediakan 2/3 kebutuhan oksigen diseluruh dunia, Ditambah lagi dengan kekayaan alam yang sangat melimpah ruah, kita begitu berpotensi menjadi negara mercusuar di dunia..
Namun semua itu tidak akan terjadi ketika kita hanya disibukkan dengan masalah intoleransi, politik yang cenderung tidak sehat, dan pelemahan budaya sendiri dengan mengadopsi budaya luar yang tidak sesuai dengan keadaan kita dan menjadi bangsa konsumtif yang sangat lari dari cita cita kemerdekaan dan proklamasi 1945..
Bung Karno pernah berkata "jika kamu beragama islam janganlah jadi orang arab, jika kamu beragama kristen janganlah jadi orang yahudi, jika kamu beragama hindu janganlah jadi orang hindustan. Tapi jadilah orang yang beragama dengan tetap mempertahankan budaya Indonesia yang sangat kaya raya ini. Jadi, apakah kita orang Indonesia yang beragama, ataukah kita adalah orang beragama tertentu yang tinggal di Indonesia.?
Marilah kita mengisi kemerdekaan ini dengan hal yang lebih bersifat membangun dengan melawan segala bentuk hoax dan jangan sampai kita terjebak pada isu SARA yang berpotensi menghancurkan negeri kita yang begitu indah ini.
Karena sesungguhnya musuh bersama kita bukanlah karena perbedaan suku, ras ataupun agama yang berbeda melainkan kekuasaan yang menindas, dan mari tumbuhkan kembali Nasionalisme Pancasila yang pernah dikumandangkan bapak Proklamator Bung Karno bahwa Nasionalisme Bangsa Indonesia adalah bukan Nasionalisme yang Chauvinis melainkan Nasionalisme Bangsa Indonesia adalah Nasionalisme Perikemanusiaan yang sudah termakhtub dalam sila kedua Falsafah Negara kita Pancasila yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
So.. Sekian dulu yaa... terima kasih dan teruslah berjuang.! Jangan lupa juga sruuputt kopinya.